Etnis Cina di Indonesia — terbesar di Asia Tenggara — baru saja merayakan Imlek, dan disusul perayaan Capgomeh pada malam ke-15 Imlek. Masih banyak lagi hari raya dan pesta rakyat, yang pada tempo doeloe dirayakan bukan hanya oleh etnis Cina, tapi juga masyarakat Betawi. Seperti, Peh Cun (hari ke-100 Imlek), dan pesta Ceng Beng yang jatuh pada tanggal 5 April 2008.
Pesta Peh Cun juga dikenal dengan pesta perahu naga. Dulu — ketika sungai-sungai di Jakarta masih lebar dan dalam — pesta Peh Cun berlangsung sangat meriah di Kali Besar, Kali Pasir/Kwitang, Pasar Ikan, Kali Angke, dan di Sungai Cisadane Tangerang (Benteng).
Masyarakat Cina di Indonesia tidak hanya mengalami saat-saat menyenangkan. Seperti, pada tahun 1740 yang menurut para sejarawan merupakan noda paling hitam di Jakarta. Data kontemporer menyebutkan tidak kurang 10 ribu orang Cina — pria, wanita, lansia sampai bayi yang baru lahir — telah dibantai oleh VOC secara kejam.
Kasus pembantaian terhadap etnis Cina itu ratusan kali lebih dahsyat dari kerusuhan Mei 1998 di Jakarta dan Solo. Nama Kali Angke (dalam Mandarin berarti Kali Merah) menjadi kenangan bahwa kali yang berdekatan dengan Glodok ini saat itu telah menjadi merah karena darah.
Peristiwa kekejaman itu dimulai ketika orang-orang Cina yang mencari peruntungan di Batavia jumlahnya mencapai 80 ribu orang. Banyak di antara mereka yang bekerja di pabrik-pabrik gula yang masa itu merupakan penghasilan bidang perkebunan terbesar di Jakarta.
Sayangnya, tiba-tiba harga gula di pasaran internasional menurun drastis akibat membludaknya gula Malabar (India). Pabrik-pabrik gula di Batavia pada bangkrut, sehingga banyak warga Cina yang menjadi penganggur dan gelandangan. Dampaknya, kriminalitas di Batavia meningkat tajam.
Kemudian, VOC buat peraturan untuk membatasi kedatangan warga Cina. Mereka yang tinggal di Batavia harus memiliki izin tinggal, berusaha atau berdagang. Tapi, bagi para pejabat VOC hal ini dijadikan kesempatan untuk melakukan pungli.
Belum puas dengan peraturan itu, VOC mengeluarkan peraturan lebih berat. Warga Cina, baik yang sudah memiliki surat izin tinggal maupun belum, tapi tak memiliki pekerjaan, harus ditangkap. Warga Cina terguncang, mereka terpaksa tinggal di rumah-rumah dan menutup toko-toko.
Ratusan warga yang kena razia diberangkatkan paksa ke Sri Langka yang kala itu merupakan jajahan Belanda. Tapi, kemudian tersiar isu, di tengah perjalanan mereka dilemparkan ke tengah laut. Maka gegerlah warga Cina di Batavia dan sekitarnya.
Mereka lantas membentuk kelompok-kelompok terdiri dari 50 sampai 100 orang dan mempersenjati diri untuk melawan Belanda. Kemudian pasukan VOC yang tengah menuju Benteng (Tangerang) diserang orang-orang Cina. Pada 8 Oktober 1740 orang-orang Cina yang berada di luar kota Batavia mulai menyerang kota.
Perlawanan itu menjadi alasan bagi tentara dan pegawai-pegawai VOC untuk melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap etnis Cina. Jam malam pun diberlakukan di Batavia. Pada tanggal 10 Oktober 1740, gubernur jenderal Adrian Volckanier mengeluarkan surat perintah: bunuh dan bantai orang-orang Cina.
Suasana kota sangat kalut. Para prajurit VOC, bahkan kelasi-kelasi yang kapalnya bersandar di Bandar Sunda Kalapa, diminta untuk melakukan pembantaian. Mereka merampok, membakar dan menjarah toko-toko, serta tanpa mengenal malu memperkosa wanita-wanita Cina.
Begitu biadabnya pembantaian itu, hingga para pasien termasuk bayi-bayi yang berada di RS Cina (kira-kira di depan Stasion KA Beos), juga dibunuh. Orang-orang Cina di penjara bawah tanah di Balaikota (stadhuis) yang berjumlah 500 orang, semuanya juga dibunuh.
Untuk menggambarkan dasyatnya peristiwa tersebut, Willard A Hanna dalam buku Hikayat Jakarta menulis, ”Tiba-tiba secara tidak terduga, seketika itu juga terdengar jeritan ketakutan bergema di seluruh kota, dan terjadilah pemandangan yang paling memilukan dan perampokan di segala sudut kota.”
Menurut laporan kontemporer, 10 ribu orang Cina dibunuh, 500 orang luka parah, 700 rumah dirusak dan barang-barang mereka habis dirampok. ”Pendeknya, semua orang Cina, baik bersalah atau tidak, dibantai dalam peristiwa tersebut,” tulis Hanna.
Ketika peristiwa menakutkan ini terjadi, perkampungan Tionghoa berada kira-kira di sebelah utara Glodok, di Kalibesar. Kemudian VOC membangun perkampungan baru untuk mereka sedikit di luar tembok kota, yang kini dikenal dengan nama Glodok.
Kala itu, yang menjadi kapiten Cina adalah Nie Hoe Kong. Dia dituduh menjadi aktor intelektual dan dianggap bertanggung jawab dalam peristiwa menyedihkan itu. Dia dijebloskan ke penjara pada 18 Oktober 1740 oleh gubernur jenderal Adrian Valckenier (1737-1741).
Setelah melalui persidangan yang melelahkan, bertele-tele dan dipolitisir, Nie Hoen Kong divonis 25 tahun penjara dan diasingkan ke Srilangka. Setelah mengajukan keberatan, kapiten Cina ini akhirnya dibuang ke Maluku. Rumahnya, di sekitar Kalibesar, ditembaki dengan meriam, dan ia pun dipenjara selama 5 tahun di benteng Robijn.
Pada 12 Pebruari 1745 dia diangkut sebagai tawanan ke Maluku disertai beberapa orang keluarganya dengan kapal De Palas. Setelah beberapa lama ditahan di tempat pembuangan, dari hari ke hari kesehatannya makin menurun. Dia meninggal pada 25 Desember 1746 dalam usia muda: 36 tahun.
Setelah peristiwa pembantaian warga Cina, gubernur jenderal Valckenier digantikan oleh mantan panglimanya, Baron van Imhoff. Kediamannya itu kini dikenal sebagai toko merah. Memang diperkirakan di sekitar tempat itulah terjadi pembantaian di luar perikemanusiaan.
Kalau bagi masyarakat Cina warna merah berarti kagoembiraan, tapi kali itu merupakan duka nestapa. Karena, mengalirnya ribuan darah korban pembantaian.
sejarah berulang….semoga bukan hanya sejarah buruk saja yang terulang..
semoga kejayaan nusantara di zaman majapahit juga terulang kembali….
saya mah cuma bisa amin aja Bah….
Karena itu kita harus belajar dari sejarah dan sekali-kali jangan meninggalkan sejarah supaya kita belajar dari kesalahan dan sukses masa lalu.
Historical artikel….
Selalu dikaitkan antara tempo dulu dengan situasi kontemporer supaya ada benang merah
salam kenal mas dari capgomeh… Tks
Salam kenal juga.
Pembantaian orang Cina di Glodok 1740 merupakan peristiwa paling bernoda di nusantara terjadi setelah banyak orang Tionghoa berdatangan ke Batavia dan setelah harga gula anjlok. Mereka yang bekerja ribuan di pabrik-pabrik gula sekitar kota ini kemudian jadi penganggur dan oleh Belanda ditangkapi. Sebagain dari mereka dikirim ke Srilangka tetapi beredar isu bahwa mereka ditenggelamkan ke laut dan terjadilah pemberontakan Oktober 1740.
Bagaiamana kalau benang merah sejarah ini dilestarikan publikasinya melalui pengajaran di SMP, SMU…? Sptnya cerita ini tidak ada dalam buku sejarah sekolah sekolah
Peristiwa pembantaian orang Cina merupakan peristiwa paling kelam di Jakarta karena menelan korban antara 5000 hingga 10000 orang. Mereka dibunuh secara kejam termasuk bayi, orang tua, dan pasien di rumah sakit Tionghoa yang dulu letaknya dekat stasion Jakarta kota ( Beos). Karena itu peristiwa bersejarah ini perlu diketahui oleh murid-murid sekolah di Jakarta
Saya membaca beberapa literatur tentang pembantaian Cina tersebut, menarik untuk dikaji dari sisi kesejarahan Indonesia. Pembantaian tersebut lebih disebabkan oleh kekacauan administrasi kependudukan yg dilakukan VOC yg akhirnya menimbulkan pemberontakan oleh masyarakat Cina udik Batavia. Saya lebih setuju menyebutnya pembantaian Cina Batavia bukan Glodok, karena setahu saya Glodok muncul setelah peristiwa tersebut. Masyarakat Cina setelah kejadian tersebut kemudian diletakkan dlm 1 kampung dengan sistem wijkenstelsel disertai kewajiban keluar masuk kampung dengan izin (passenstelsel). Secara umum sejarah ini harus dijelaskan karena bagaimanapun, warga Cina-Tionghoa adalah bagian dari Bangsa Indonesia.
Karena pusat pembantaian hanya beberapa ratus meter dari Glodok
Bib..apakah pernah dianalisa..apa ada kaitan/kesamaan pola/benang merah antara pembantaian etnis Cina Glodok th 1740 denga tahun 1998..?
Pembantaian orang CHina Oktober 1740 dilakukan oleh kompeni ( VOC). Sedangkan peristiwa Mei 1998 dilakukan oleh masyarakat akibat jurang antara kaya dan miskin yang semakin melebar
Memang VOC manusia iblis, kalau diingat-ingat kita tetap dendam ama belanda.
Dulu kekayaaan kita dikorup oleh penjajah sekarang dikeruk oleh pejabat yang korup
andai setiap manusia bhw Tuhan ciptakan etnis dan suku bangsa bukan untuk saling membinasakan dan membagakan diri tapi sebagai bentuk keindahan dan ke maha agungan Tuhan. stop rasis dan yuuuuk bersatu kita semua bukankah pelangi indah krn adanya perbedaan warna 🙂
bicara etnis ..dilarang keras..!!!
jika ingin persatuan bukan etnis yg dibicarakan…???
tapi sebab musabab dari semua kejadian yang lebih bijak untuk ditelaah….?
Sedih.!!!
jelasss…jk ini didiamkan seperti bom waktu…suatu saat pasti akan meledak kembali…
Apa ada arsip tertulis mengenai hal ini? dari pihak VOC mungkin punya arsipnya (tentu dengan fakta yang mereka klaim tentunya, tapi kronologisnya dan lokasinya mungkin lebih lengkap)
Melihat sejarah ini, sejatinya negeri Belanda merasa malu. Karena disamping sebagai salah satu negara terdepan di jajaran pembela Hak Asasi Manusia, Belanda juga dikenal sebagai negara rujukan Hukum Positif dunia. Terbukti dengan ditunjuknya Den Haag sebagai kota Pengadilan Internasional.
Kalau data-data lengkap, mungkinkah sejarah ini bisa diperkarakan? Sebagaimana kasus Jugun Ianfu di masa Jepang.
Tabe’
salam.
degan segala hormat saya mohon izin untuk meminta tulisan bapak sebagai referensi
trimakasih
Terima kasih atas informasi sejarahnya, informasi ini akan saya gunakan sebagai salah satu referensi untuk tugas mata kuliah.
Mungkin ada pertanyaan yang akan saya tanyakan pada bapak:
“Apakah latar belakang terjadinya aksi pembantaian ini adalah karena kecemburuan VOC terhadap kemajuan ekonomi yang dimiliki oleh etnis Cina pada saat itu, atau karena adanya persaingan atau konflik pribadi antara Gubjen Adrian Valkneir dengan Baron Van Imhoff ?”
Terima kasih atas perhatiannya
Banyakan mana sama pembantaian tahun 1965-1966, yang mencapai 3 juta jiwa? yang lebih parah lagi banyak yang tidak tahu atau masa bodo..
Itulah sejarah…..
pada tahun 1611 etnis cina datang ke Batavia akibat blokade pelabuhan Banten yang dilakukan oleh J.P. Coen (Koreksi jika saya salah), tidak bisa dipungkiri lagi VOC membutuhkan mereka, karena mereka terkenal pekerja yang ulet dan Kota Batavia berkembang karena peran mereka juga. Etnis Cina memberi nuansa tersendiri di Kota Batavia. namun setelah jumlah mereka terlalu berlebih, mereka malah dibantai. VOC baru tersadar setelah jalur perdagangan kota Batavia di boikot oleh Kaisar Cina. itulah gambaran kekejaman negara-negara Imperialis seperti Belanda (VOC) dan sejenisnya bahkan sampai sekarangpun masih terjadi.
Ente Benar
[…] lagi dan ini misalnya tentang Pembantaian Glodok: Etnis Cina di Indonesia — terbesar di Asia Tenggara — baru saja merayakan Imlek, dan disusul […]
nyok kita angkat lagi peristiwa berdarah ini, kita bikin panas suasana siapa tau aja Negara China mau menyerbu Belanda, kan bisa seru tuh. kangen liat perang.
[…] jadi teringat dengan warga Tionghoa yang ada di luar tembok Batavia setelah terjadi peristiwa yang sangat tragis tahun […]
[…] ini diambil dari alwishahab.wordpress.com Masyarakat Cina di Indonesia tidak hanya mengalami saat-saat menyenangkan. Seperti, pada tahun 1740 […]
setiap saya mengingat kejadian 1998 itu, saya rasanya tidak akan mau menjalin hubungan pertemanan dengan indonesia. tapi selayaknya saya sadar dan juga menghilangkan kerasisan dalam diri saya, karena semuanya itu adalah sejarah.
yang lalu biarlah berlalu.
bukanye yang lalu biar berlalu, yang lalu kite jadikan pengalaman supaye untuk kedepannye jangan sampai terulang untuk yang kedua kalinye
pembantaian 1740 oleh tentara VOC
mei 1998 bukan oleh masyarakat pak, lebih tepat proxy/milisi dengan dukungan militer. beberapa literatur jelas2 menampakkan keseragaman pola dalam pembakaran dan kekerasan. cmiiw
kalau ude ada keseragaman entu pasti ade yg atur
klo saya justru bagus ,klo dulu cuma 10,000 dibantai justru sekarang ini mereka sedang membantai perekonomian bangsa kita ga tanggung tanggung korbanya ratusan juta nyawa bangsa pribumi …coba telaaah dengan seksama dari sekian ribu koruptor kelas kakap dimana pemain2 utama kelas BLBI 99.5 % ras CHINA……jan cukk