Di Jl Kalibesar Barat, Jakarta Kota, terdapat sebuah gedung besar yang hampir keseluruhan bangunannya didominasi warna merah. Warna yang menurut warga keturunan Tionghoa diyakini sebagai pembawa hokie alias keberuntungan, merupakan salah satu gedung peninggalan VOC yang masih tersisa. Karena mencoloknya warna merah, tidak heran kalau gedung ini dinamakan ‘Toko Merah’. Dibangun 1730 atau 269 tahun lalu, gedung yang kala itu terletak di pusat kota Batavia paling elite, pernah menjadi tempat tinggal gubernur jenderal Baron Gustav Wilhelm van Imhoff (1705-1750).
Bangunan yang terdiri dari dua gedung ini sempat beberapa kali ganti pemilik. Bangunan ini pernah dimiliki anak Gubernur Jenderal Mossel yang bernama Philippine Theodore Mossel. Selanjutnya didiami janda Gubernur Jenderal Renier de Klerk dan janda Gubernur Jenderal van der Parra. Pada 1743 – 1755 dijadikan Akademi Angkatan Laut, tempat VOC mendidik kader-kadernya dibidang pelayaran dan perkapalan.
Bangunan ini, dan sedikit bangunan yang masih tertinggal di sepanjang Kalibesar Barat dan Timur di tepi Ciliwung membentuk suatu lingkungan kesejahteraan yang mengingatkan lingkungan perkotaan Eropa masa lampau. Kini, Pemda DKI Jakarta melalui revitalitasi kota tua, ingin memancing para wisman (wisatawan asing) agar mendatanginya.
Baron van Imhoff, yang pernah mendiami ‘Toko Merah’ merupakan salah satu dari empat gubernur jenderal VOC yang pernah memerintah di Hindia Belanda berkebangsaan Jerman. Imhoff dan banyak imigran Jerman lainnya, sejak awal berdirinya VOC telah berdinas dalam kongsi dagang di Asia Timur itu. Pada 1790 – 1808, di Batavia, Semarang, dan Makasar terdapat tidak kurang dari 2.000 tentara bayaran Jerman yang didatangkan oleh VOC. Mereka dari resiman ‘Wurttemburg’. Entah karena apa, resimen ini dibubarkan oleh Gubernur Jenderal Daendels pada 1808. Akhirnya, Daendels sendiri tidak berhasil mempertahnkan Batavia ketika diserang Inggris pada 1811.
Imhoff, beserta tiga gubernur jenderal VOC yang berasal dari Jerman, beruntung telah menjadi orang nomor satu di Hindia Belanda. Dalam sejarah VOC di Batavia, Imhoff dikenal sebagai salah satu gubernur jenderal VOC yang berhasil. Sekalipun ia meniti karir di VOC berkat mertuanya mantan gubernur jenderal Hyusman van der Hille tapi sejak mudanya Imhoff menjadi perhatian berkat usul-usulnya yang radikal. Boleh dikata, ia-lah salah satu gubernur jenderal yang telah melakukan reformasi di tubuh VOC, memberantas KKN yang terjadi di tubuh para pejabat VOC, mulai dari tingkat paling rendah hingga paling tinggi.
Boleh dikata, anak keturunan Jerman ini menjadi gubernur jenderal berkat kesalahan fatal yang dilakukan oleh atasannya, Gubernur Jenderal Adrian Valckenier sebagai orang yang digambarkan tidak berniat menghapuskan KKN di tubuh VOC. Kesalahan fatal yang dilakukan Valckenier adalah: entah karena alasan apa ia mengeluarkan maklumat atau ‘dekrit’ pada 9 Oktober 1740. Merasa mendapat perlawanan dari keturunan Tionghoa di Batavia terhadap kebijakannya, ia naik pitam. Tidak tanggung-tanggung, isi dekrit yang dikeluarkan Valckenier memerintahkan seluruh prajurit VOC untuk membunuh dan menghabisi keturunan Cina beserta keluarganya.
George Bernhard Schwarz dari Jerman menceritakan dalam bukunya yang terbit 1751 berjudul : “Hal-hal yang luar biasa”. Ia menceritakan keterlibatannya dalam pembantaian dan amuk di luar perikemanusiaan itu. Schwarz menceritakan bagaimana ia membunuh tetangganya sekeluarga (Tionghoa), padahal sebelumnya ia tidak mempunyai masalah dengan mereka dan berhubungan dengan baik. Menurut buku tersebut, sekitar 24 ribu orang Cina laki-laki, wanita, anak-anak, orang tua, dan pasien rumah sakit dihabisi nyawanya. Keterangan jumlah korban menurut versi Jerman ini bertentangan dengan versi Belanda, yang menyebutkan korban sekitar 5.000 hingga 10 ribu jiwa.
Imhoff sendiri yang kala itu menjadi orang kedua atau wakil gubernur jenderal VOC menentang dikeluarkannya ‘dekrit’ oleh atasannya. Akibatnya, Volckenier memerintahkan tentara untuk menangkap Imhoff dengan alasan tidak patuh pada perintah atasan (desartir). Imhoff kemudian dikirim ke Belanda untuk menjalani hukuman. Tapi, ketika berita pembantaian luar biasa ini sampai di Negeri Belanda, justru sang gubernur jenderal yang dipersalahkan. Akhirnya, Valckenier dipenjara seumur hidup, dan Imhoff yang telah diangkat untuk menggantikannya ditunjuk untuk melaksanakan hukuman tersebut. Imhoff meninggal pada 1751 dalam usia 46 tahun dan dimakamkan di Gereja Belanda di dekat Stadhuis (kini Museum Sejarah DKI di Taman Fatahillah).
REPUBLIKA – Minggu, 19 Agustus 2001
Tinggalkan Balasan