Sampai awal 1990-an, gedung antik yang dibangun pada akhir abad ke-18 masih dapat kita nikmati bila melalui Jl Gajah Mada menuju Glodok, Jakarta Kota. Rumah dengan meniru tradisi dari daratan Cina ini, pada tahun 1992 empat tahun setelah revitalisasi kota tua telah dibongkar untuk dibangun hotel dan pertokoan modern. Kediaman yang dikiri kanannya terlihat dua ekor singa binatang mitologi Cina terletak di Jl Gajah Mada 186, sedikit dipinggiran pusat kegiatan ekonomi Glodok.
Di rumah kediaman yang besar dan megah dengan 100 kamar pernah tinggal Mayor Khouw Kim An, yang pernah memimpin masyarakat Cina di Jakarta. Bangunan yang antik ini ditandai dengan atap segi empat, kedua ujung atas agak meruncing seperti kita saksikan di film-film silat Mandarin..
Mayor jabatan khusus yang disediakan pemerintah kolonial Belanda ini meninggal di Batavia (13-2-1945) setelah dipenjara oleh Jepang selama hampir tiga tahun. Mayor Khouw mewarisi gedung ini dari ayahnya Khouw Tjeng Toan. Khouw tua ini dikenal sangat kaya raya. Ia memiliki ratusan hektar sawah di Batavia, Bekasi, Karawang dan Cikampek. Saking tajirnya ia memiliki juga puluhan rumah di sekitar Jl Gajah Mada dan Hayam Wuruk. Mayor Khouw adalah pemilik terakhir gedung ini. Ia pernah menjadi anggota Dewan Rakyat (Volksrad) bikinan Belanda dari 1921 – 1931. Dia juga pernah menjadi ketua Kong Koan (Perhimpunan Keturunan Tionghoa)..
Kakek moyang keluarga Khouw datang ke Indonesia pada abad ke-18 dari Cina. Mula-mula hanya sebagai eceran kecil-kecilan keluar masuk kampung di Tegal. Kemudian mengadu nasib di Batavia dan menjadi kaya raya, seperti juga dialami oleh nenek moyang Liem Sioe Liong, Oei Tiong Ham dan beberapa konglomerat lainnya. .
Menurut penelitian jurusan arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Tarumanegara, keluarga Khouw juga membangun gedung-gedung mewah di Gajah Mada No 168 dan 204 disamping No 188. Kemudian ketiga gedung ini diwariskan kepada ketiga orang anaknya. Di masa itu, ketiga gedung tersebut terletak di luar pusat keramaian kota, dan merupakan pemukiman atau vila yang sangat mewah. Halamannya berbatasan dengan Kali Ciliwung, dan tiap vila memiliki dermaga perahu sendiri. Maklum kala itu sarana transportasi utama di Batavia adalah sungai..
Masih menurut penelitian Universitas Tarumanegara, rumah keluarga Khouw di Jalan Gajah Mada 188 punya 100 tempat tidur. Mungkin banyak yang bertanya mengapa sebanyak itu? Jangan heran karena pemiliknya punya 14 istri dan 24 anak. Belum lagi gundik-gundik dan ratusan pelayan yang juga menempati rumah itu. Untuk itu tiap istri dan anaknya disediakan satu ruang lengkap dengan isinya serba mewah. Para istri dan m ungkin juga selir bergantian melayani sang ‘God Father’.
Setelah sang Mayor meninggal, gedung ini menjadi tempat perkumpulan sosial warga Tionghoa. Namanya Sin Ming Hui (terang hati). Namanya bertahan sampai 1960’an, dan kemudian diganti Chandranaya ketika semangat nasionalisme tengah memuncak dengan mengganti nama-nama yang berbau kolonial.
REPUBLIKA – Sabtu, 30 September 2006
Tinggalkan Balasan