Di bagian ujung dari Jalan Majapahit, Jakarta Pusat yang bersebelahan dengan kawasan Harmoni, pada masa kolonial bernama Risjwijkstraat. Berbelok ke arah kanan dari Monas terdapat gedung Sosiatet Harmoni, tempat hiburan paling bergengsi bagi para elite Eropa. Photografer Woodbudy & Page pada tahun 1860-an menggambarkan situasi jalan tersebut ke arah Tanah Abang, yang tampak begitu lengang. Yang kini menjadi salah satu pusat kemacetan di Jakarta, terutama pada jam-jam sibuk saat para pekerja kembali dari kantornya masing-masing di kawasan Kota.
Di sebelah kiri tampak gedung Harmoni dengan pepohonan di halaman depannya. Gedung yang dibangun awal abad ke-19 ini, kini menjadi bagian dari tempat parkir Sekretariat Negara (Sekneg). Di sebelah kanan, kedua photografer, membidik sebuah apotek yang kini sudah tidak ada lagi. Apotik ini milik Sustav Werner Wilcke. Ia terdaftar sebagai orang pertama di Batavia pada 1857 mendapat izin untuk mengoperasikan apotik. Di sebelahnya terdapat perusahaan Pouligner yang beroperasi sekitar 1860 dan 1870. Dua pintu ke arah kanan terdapat perusahaan optik (kaca mata) J Duret yang membuka tokonya 1866-1888. Masa itu dia adalah satu-satunya pemegang lisensi optik yang beroperasi di Batavia.
Rijswijkstraat, berrsama dengan Rijswijk (kini Jl Veteran) dan Noordwijk (kini Jl Juanda) pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 merupakan kawasan paling elite di Batavia. Di tempat-tempat ini terdapat sejumlah hotel yang termasuk megah menurut situasi ketika itu , berbagai tempat hiburan dan toko serba ada yang mendatangkan pakaian-pakaian mutakhir dari Paris dan London.
Sejak masa Raffles (1811-1816), pendiri kota Singapura ini telah menyulap daerah tersebut sebagai kawasan Eropa. Untuk itu, Raffles telah menggusur tempat pemakaman umum, rumah penduduk dan toko-toko milik Tionghoa. Dia sendiri membangun sebuah rumah mewah (Raffles House) yang kemudian dijadikan sebagai Bina Graha oleh Presiden Sukarno. Sebelumnya, gedung ini pernah menjadi salah satu hotel megah di Jakarta: Hotel Nederlanden. Yang kemudian oleh Bung Karno dijadikan sebagai Markas Cakrabirawa pasukan elite empat angkatan yang bertugas mengawal dan menjaga keselamatan Bung Karno.
REPUBLIKA – Sabtu, 18 Nopember 2006
Tinggalkan Balasan