Banjir ternyata sudah ratusan tahun jadi langganan kota Jakarta. Seperti tampak dalam foto, hujan deras disusul meluapnya kali Ciliwung pada tahun 1872, mengakibatkan daerah Molenvliet (Harmoni), yang merupakan kawasan elite dan pertokoan di Batavia digenangi air.
Terlihat bagaimana derasnya luapan air, hingga menurut laporan koran-koran setempat, sekalipun pintu air di Sluisburg (kini Jl Pintu Air depan Istiqlal), dibuka tapi tak dapat menampung air sungai Ciliwung. Sungai yang meluap ke daerah-daerah lebih rendah, bukan hanya melanda Harmoni (kini merupakan bagian dari gedung Sekretariat Negara), tapi juga kawasan Rijswijk (kini Jalan Veteran) tempat Istana Negara berada. Serta tetangganya yang dipisahkan oleh Ciliwung yakni kawasan Noordwijk (kini Jl Juanda).
Begitu parahnya banjir 1872, sehingga air Ciliwung tanpa mengenal ampun mengalir di atas kebun-kebun di perumahan-perumahan penduduk yang berada di belakangnya. Malapetaka ini terjadi selama beberapa hari. Seperti terlihat dalam foto air mengalir deras ke Harmoni dari arah Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk. Disebutkan bahwa meluapnya Ciliwung akibat curah hujan yang tinggi.
Kampung Petojo yang berada di bagian belakang Molenvliet juga terendam. Di sebelah kanan foto terlihat tembok-tembok dari Marina Hotel (kini juga merupakan bagian gedung Sekretariat Negara), dan Oger Freres (pedagang berlian) dan Apotek Rathkamp (kini Kimia Farma).
Foto sebelah kanan terlihat gedung sosiatet Harmoni salah satu gedung termegah di Batavia pada abad ke-19. Akibat banjir, jalan-jalan di kawasan elite Batavia ini telah meninggalkan lumpur-lumpur tebal. Untuk itu, pihak gemeente (kotapraja Batavia) telah mengeluarkan pinjaman untuk mengatasi keadaan darurat ini.
REPUBLIKA – Sabtu, 09 Desember 2006
Tinggalkan Balasan