Suasana pesta dansa-dansi warga Belanda di Batavia pada malam minggu sekitar tahun 1930’an. Pesta yang dihadiri ratusan pasangan ini berlangsung di Hotel der Nederlanden di Rijswijk (Jalan Veteran) yang kini berubah fungsi menjadi Gedung Bina Graha, salah satu tempat kegiatan Kepala Negara sehari-hari.
Gedung Bina Graha letaknya terletak di sudut kiri Jalan Veteran II, bersebelahan dengan Istana Negara. Ketika itu, mereka yang baru datang ke Batavia dari Eropa dan para turis domestik warga Barat, di malam hari seperti juga sekarang banyak mendatangi tempat-tempat hiburan. Di samping Hotel der Nederlanden, tempat hiburan yang banyak didatangi adalah Hotel des Indes di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Kota, yang kini telah menjadi pertokoan.
Bukan hanya di malam Minggu, di hari-hari lainnya mulai pukul 19.00 WIB sampai 23.00 malam diadakan pesta dansa diiringi konser musik yang berlangsung di teras dan pekarangan Hotel der Nederlanden. Masyarakat Belanda menikmati kehidupan mewah di negeri jajahannya. Di foto tidak terlihat satupun peserta pesta warga pribumi.
Belanda memang melakukan politik diskriminasi dan menyebut pribumi sebagai inlander atau bangsa kuli. Selain konser ada upacara santap malam yang tentu saja harganya tidak terjangkau warga Indonesia. Warga Belanda termasuk muda-mudi Indo paling senang menyelenggarakan pesta, yang selalu diikuti dansa-dansa. Termasuk mereka yang tinggal di kampung-kampung.
Hotel der Nederland, yang kini menjadi Gedung Bina Graha, merupakan salah satu gedung tertua di Rijswijk, ketika daerah ini sebagian besar penduduknya warga pribumi. Kemudian menjadi tempat kediaman Letnan Gubernur Raffles pada masa pemerintahan Inggris (1811-1816). Untuk itu, Raffles ingin menjadikan kawasan Rijswijk dan tetangganya Noordwijk (kini Jl Juanda) sebagai kawasan Eropa. Dia menggusur rumah-rumah pribumi, toko-toko Cina dan tempat pemakaman umum.
Setelah berakhirnya kekuasaan Inggris dijadikan hotel. Pada tahun 1950-an, Hotel mder Nederlanden berganti nama jadi Hotel Dharma Nirmala. Kemudian oleh Bung Karno dijadikan sebagai Markas Cakrabirawa, pasukan khusus yang mengawal presiden dan keluarganya. Akhirnya pada 1970-an oleh Pak Harto dijadikan gedung Bina Graha. Di tempat inilah tiap Selasa, Pak Harto memimpin sidang kabinet bidang ekonomi. Kala itu pemerintah benar-benar menjaga agar persediaan bahan-bahan pokok terjamin dan harga-harga tidak melonjak.
REPUBLIKA – Sabtu, 23 Desember 2006
Tinggalkan Balasan