Karyawan/Karyawati Membersihkan Pasar-pasar
Dalam masa kepemimpinan Gubernur Brigjen dr H Soemarno Sosroatmodjo (4 Februari 1960-23 Maret 1966), berlangsung berbagai kegiatan internasional seperti Asian Games 1962 dan setahun kemudian Ganefo yang bertujuan untuk menyaingi Olimpiade. Belum lagi berbagai kegiatan internasional yang didatangi para kepala negara asing. Bung Karno yang menginginkan agar Jakarta sebagai kota yang bersih, membuat gubernur Soemarno melakukan ‘Gerakan Kebersihan’. Sayangnya, seperti dikemukakan Soemarno sendiri, dalam usaha kebersihan ini kita berlaku berlebih-lebihan.
Mungkin masih banyak yang ingat pada awal 1960-an, saat gerakan ini dimulai. Pada setiap pagi kira-kira pukul delapan, saat sibuk-sibuknya mobil membawa para karyawan ke kantor, dibunyikan sirene kebersihan. Pada saat-saat demikian mobil-mobil harus berhenti, pengemudi dan semua yang ada di mobil harus turun, membersihkan jalan di sekeliling mobil.
Seluruh lalu lintas di Jakarta, tidak hanya untuk 2 atau 3 menit tetapi sampai beberapa belasan menit. Setelah berlangsung beberapa minggu orang mulai bosan, di samping tidak terkira besarnya kerugian di bidang ekonomi. Pemerintah daerah DKI kemudian menghentikan cara kerja yang tidak masuk akal ini. Sebagai gantinya ditetapkan keikutsertaan kantor-kantor dan industri dalam gerakan kebersihan.
Praktek lain yang berlebihan adalah kegotong royongan oleh karyawan dan karyawati kantor untuk membersihkan sampah di pasar-pasar. Ini tidak adil karena para karyawan dan karyawati kantor bukanlah pembuat sampah di pasar-pasar. Karenanya gotong royong membersihkan sampah di pasar-pasar setelah Februari 1960 dihentikan, diganti dengan gotong royong serupa oleh para pemilik toko dan para pedagang.
Masih dalam soal kebersihan. Yang juga dianggap berlebihan adalah gotong royong antar RT dalam jumlah yang besar. Cara seperti ini terasa sebagai suatu bentuk kerja rodi. Karena itu kerjasama yang dimaksud kemudian dibatasi, hanya sampai 3 RT yang berbatasan saja.
Dalam masalah sampah, menurut laporan Soemarno, pihaknya telah berhasil menertibkannya. Seperti juga yang dialami Pemda DKI sekarang ini, kala itu pemerintah daerah juga mengalami berbagai kesulitan. Dalam kaitan ini, Pemda DKI mengalami kesulitan untuk membangun pabrik kompos yang telah dibeli dari London. Karena secara tiba-tiba pemerintah pusat mencabut kesediaannya membangun pabrik tersebut. Sedang pemda dalam proses membenahi keuangannya.
Pada masa Soemarno, Pasar Cikini mulai diremajakan terutama untuk para pedagang kaki lima yang membangun gubuk-gubuk liar. Ini merupakan pasar pertama yang dibangun Pemda DKI dengan uang yang dikumpulkan khusus dari calon penyewa toko, bukan pemilik di pasar itu.
Pilot proyek kedua adalah Pasar Senen yang kemudian melahirkan Proyek Senen. Pada masa Soemarno itulah dibangun Proyek Ancol, yang kini dikenal dengan Dufan (Dunia Fantasi). Konon, ide ini timbul ketika Bung Karno tahun 1950-an berkunjung ke Hollywood dan mengunjungi Walt Disney (Disney Land). Tapi rencananya untuk membangun Bung Karno Tower (Menara Bung Karno) yang kala itu direncanakan sebagai menara tertinggi di jagad kagak kesampaian. Bung Karno keburu jatuh setelah terjadi pemberontakan G30S/PKI.
Tinggalkan komentar