Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘kebangkitan nasional’

Budi Utomo Lahir Sebagai Organisasi Modern Yang Pertama Di Indonesia.
Berbelok ke arah kiri dari Senen Raya setelah melewati Kramat Raya kita memasuki Jalan Dr Abdurahman Saleh, setelah melewati RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Karena itu pada masa Belanda jalan ini dinamakan Hospital Weg atau Jalan Rumah Sakit. Di Jalan Dr Abdurahman Saleh 26, kita akan mendapati sebuah gedung yang sudah berusia lebih seratus tahun dinamakan: Museum Kebangkitan Nasional.

Memasuki gedung yang terlihat megah, kita mendapati beberapa ruangan tempat belajar para siswa Sekolah Dokter Jawa atau STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische) yang artinya Sekolah Untuk Mendidik Dokter-dokter Pribumi.

Di antara ruangan kelas yang masih tampak utuh seperti semula, terdapat ruang anatomi. Di ruang inilah pada hari Rabu 20 Mei 100 tahun lalu, pukul 09.00 pagi para pemuda pelajar di bawah pimpinan Sutomo membentuk Budi Utomo. Kini momen itu diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Di ruang anatomi ini jugalah, Dr Wahidin Sudirohusodo, yang telah lebih dulu lulus Sekolah Dokter Jawa yang dibuka pada 1851 oleh pemerintah Belanda, duduk berhadapan dengan siswa Sutomo menyebarluaskan citacitanya untuk mendirikan suatu usaha atau gerakan yang bertujuan meningkatkan derajat bangsa Indonesia. Dorongan ini kemudian direspon oleh Sutomo dan kawan-kawannya dengan membentuk Boedi Oetomo.

Nama Budi Utomo, berasal dari ucapan Sutomo kepada seniornya Dr Wahidin: Menika satunggaling padamelan sae sarta laku budi utami. Jadi Boedi Oetomo berasal dari kata budi utami. Jadilah kemudian Boedi Oetomo sebagai organisasi modern yang pertama di Indonesia.

Di Kampus STOVIA pula kemudian lahir Jong Java (1915), Jong Sumatra Bond (1910), Jong Minahasa (1918). Jadi selain melahirkan pemuda-pemuda terpelajar yang memelopori perintis kemerdekaan, gedung ini juga menjadi tempat lahirnya organisasi-organiasi pergerakan kemerdekaan dan pemuda yang merintis perjoangan Indonesia. Sutomo yang mendaftarkan diri dalam usia 15 tahun masuk STOVIA, bukan tidak mendapat resiko. Dia pernah diancam dikeluarkan dari sekolah karena dituduh melakukan kegiatan melawan pemerintah Belanda. Menghadapi ancaman drop out, rekan-rekannya lantas memberikan solidaritas.

Gunawan, yang juga ikut mendirikan Boedi Oetomo menyatakan: ‘’Jika Sutomo dikeluarkan dari sekolah, maka semua orang yang sehaluan dan sependeritaan dengan Sutomo harus diperlakukan sama, yakni dikeluarkan dari sekolah.’’ Untungnya, Kepala Sekolah Pendidikan Dokter itu, Dr HF Roll seorang Belanda yang berpikiran luas serta berpemandangan jauh. Sikap beliau sangat simpatik pada Sutomo yang dibebaskan dari tuduhan hendak melawan pemerintah Belanda.
***
Menjelang abad ke-20 di Negeri Belanda terjadi pergolakan politik. Dengan bantuan kaum pengusaha dan kaum modal (kaum kapitalis), kaum liberal memperoleh kemenangan atas kaum konservatif. Kemenganan kaum liberal membawa pengaruh besar terhadap negara jajahan Indonesia yang mereka sebut Hindia Belanda. Mereka menghendaki di Indonesia dijalankan ekonomi liberal.

Maka bermunculanlah perusahaanperusahaan swasta Belanda dan negaranegara Barat lainnya yang berpusat di Batavia (Jakarta). Membanjirnya modal asing milik swasta ini membuat kota Batavia — pusat pemerintahan Hindia Belanda — makin berkembang. Para pendatang dari berbagai daerah untuk menjadi pekerja semakin banyak. Saat itu Belanda mengabaikan pendidikan kepada bangsa Indonesia.

Untuk menampung tenaga terampil yang diperlukan oleh pabrik dan perusahaan, tidak seluruhnya dapat diisi oleh tenaga kerja Belanda. Maka dibukalah sekolah-sekolah meskipun untuk mereka yang berpendidikan Belanda diambil dari kalangan priyai seperti putera-putera bupati dan para bangsawan. Belanda meyakini mereka tidak akan melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kepentingan kolonial. Juga berbagai pendidikan untuk rakyat biasa juga dipusatkan di Jakarta.

Maka berdatanganlah anak-anak muda dari Jawa, Sumatera, Minahasa, Ambon dan tempat-tempat lainnya untuk menuntut ilmu. Ada yang menempuh pendidikan di sekolah kedokteran STOVIA, sekolah tinggi hukum Rechtschool yang kantornya sekarang ini menjadi Departemen Pertahanan di Merdeka Barat, OSVIA (sekolah pamongpraja). Tak jauh dari Jakarta di Buitenzorg (Bogor) ada sekolah pertanian dan sekolah kedokteran hewan.

Di perguruan-perguruan tinggi inilah para pemuda sehari-hari menggunakan bahasa Belanda. HCC Clockner Bronson dalam buku ‘Batavia awal abad ke-20’ menceritakan tulisan seorang prajurit Belanda yang baru datang dari negerinya di Jakarta. ‘’Di Hospital weg (kini Jl Dr Abdurahman Saleh), kami berpapasan dengan sekolompok anak muda pribumi yang diiringi mandolin dan gitar sedang menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Melayu. Ketika pribadi itu mendekat, saya dengar mereka berbicara bahasa Belanda, bukan Belanda yang patah- patah tapi sebagus bahasa Belanda kami yang lahir sebagai orang Belanda.’’ Mereka pun mengenakan pakaian bercita tinggi dan masuk ke gedung yang di atasnya terpancang STOVIA.’’ Nama Hospitalweg karena STOVIA berdekatan dengan Great Militair Hospital (Rumah Sakit Umum Militer).
***
Meskipun tetap mempertahankan negara jajahannya, tapi di kalangan orangorang Belanda banyak yang memiliki kesadaran kemanusiaan tinggi. Kelompok inilah yang memelopori apa yang kemudian dikenal dengan nama ‘Poliik Etis’ atau ethische politiek. Tujuannya disamping memberantas hal-hal yang menghambat kemajuan rakyat Indonesia, juga memajukan bidang pengajaran dan pendidikan. Yang paling banyak memperoleh manfaat dari politik etis melalui pendidikan dan pengajaran barat adalah anak-anak golongan pegawai atau priyayi rendahan dan menengah.

Mereka mencapai kedudukan sosial yang tinggi berkat kerajinan dan ketekunan belajar. Demikianlah Jakarta atau Batavia menjadi tempat pertemuan pelajar, pemuda dan orang-orang yang berbeda adat istiadat dan kedudukan sosialnya. Jakarta menjadi meltingpot atau kuali peleburan tempat berbagai bangsa yang datang dari berbagai daerah di Indonesia bertemu, berbaur dan melebur menjadi satu, yakni menjadi penduduk Jakarta atau Batavia

Read Full Post »